Takao!
Disclaimer: Kuroko no Basuke©:Fujimaki Tadatoshi
Story: Me
Summary: Midorima selalu menganggap Takao berisik,
menyebalkan, cerewet, dan sebagainya. Tapi, saat Midorima tahu Takao menderita
kanker, apa yang akan dia lakukan?
Cast: Midorima, Takao, Ootsubo
Happy
Reading!
“Shin-chan! Ohayou!” sapa Takao. “Berisik,
Nanodayo,” cibir Midorima tanpa melepasakan pandangannya dari buku Kimia yang
sedang dibacanya. “Nee, Shin-chan, jangan dingin begitu, dong! Jahat, ah!”
rajuk Takao, sama sekali tak berpengaruh terhadap cibiran Midorima. Midorima hanya
berdecih pelan. “Shin-chan jahaat~” goda Takao. “Berisik, Bakao!” seru Midorima
sambil menjitak kepala Takao. “Hehehe~ Aku selalu berhasil!” kata Takao. “Berhasil
apa, Nanodayo?” tanya Midorima bingung. “Berhasil membuatmu marah, week!!”
sahut Takao sambil menjulurkan lidah. “BAKAO!!!”
Saat
latihan...
“Eh? Takao, kenapa kau tidak ikut latihan,
Nanodayo?” tanya Midorima heran melihat Takao yang hanya duduk di pinggir
lapangan. “Aku sedang keseleo. Kakiku sakit. Jadi, hari ini aku akan melihat
kalian berlatih, hehe,” jawab Takao sambil tersenyum lebar. “Hah~ Terserah kau,
lah, Nanodayo,” sahut Midorima sambil mengibaskan tangannya, lalu berlari
meninggalkan Takao yang raut wajahnya langsung berubah muram. “Kau tidak boleh
tahu yang sebenarnya, Shin-chan,” bisik Takao pelan.
“3 poin sebanyak 3 kali! Seperti biasa, kau
hebat, Midorima!” seru Ootsubo. “Seperti biasa, Nanodayo,” sahut Midorima
santai. Dari kejauhan, dia melihat Takao yang mengacungkan dua jempol kepadanya
sambil tersenyum. “Saa, latihan selesai! Terima kasih kerja samanya!” seru
seluruh klub basket Shutoku. Midorima berlari menghampiri Takao yang
menunggunya. “Shin-chan sangat jago mencetak 3 poin! Aku ingin menjadi three-point-shooter
seperti Shin-chan! Aku sangat kagum padamu, Shin-chan!” kata Takao panjang
lebar. Sementara Midorima hanya mendengarkannya tanpa minat. Menyadari Midorima
tampak tak berminat, Takao langsung berhenti bicara. “Kok berhenti, Nanodayo?”
tanya Midorima tiba-tiba. “Berhenti apa?” tanya Takao balik. “Ya... Berhenti
berceloteh. Kenapa berhenti bicara, Nanodayo?” tanya Midorima. “Aku capek,”
jawab Takao pendek. “Bohong, Takao Kazunari kalau sudah bicara bisa sangat
lama, sampai satu jam, kok!” bantah Midorima. “Jadi... Shin-chan kesepian kalau
aku tidak bicara?” goda Takao. “Bukan itu maksudku, Nanodayo!” sahut Midorima
dengan wajah merah. Sifat tsundere-nya keluar. “Hahaha~ Shin-chan memang tsunde—”
Kata-kata Takao terpotong. Midorima
terperanjat. Mata Takao membelalak, tangannya meremas dadanya. Sakit. “Shin..chan...Ukh..,”
panggil Takao, sebelum akhirnya anak itu ambruk. Beruntung, Midorima langsung
menahannya. “Takao! Sadarlah, Nanodayo! Takao! Takao!! Seseorang tolong! HEI!!!”
teriak Midorima sambil menepuk pipi Takao. Celakanya lagi, tiba-tiba hujan
deras muncul. Tubuh mereka basah kuyup. “HEI!!! SIAPAPUN, TOLONG!!!!!” teriak
Midorima lagi. Orang-orang berlarian menolong Takao, lalu membawanya ke rumah
sakit. Midorima menatap tubuh Takao. Ada apa dengan anak itu? Saat dia sedang
memikirkan hal itu, seseorang menepuk pundaknya. Midorima menoleh. Ootsubo. “Ootsubo-senpai...
Takao...,” kata Midorima dengan mata berkaca-kaca. “Ikut aku. Kita susul Takao
ke rumah sakit,” kata Ootsubo singkat. Suaranya bergetar ketika dia mengucapkan
kata ‘Takao’ dan ‘rumah sakit’. Midorima mengangguk, lalu berjalan mengikuti
Ootsubo yang menunduk.
Di
rumah sakit...
“Kanker?!” gumam Midorima kaget. Ootsubo
mengangguk pelan. “Seluruh tim basket Shutoku sudah tahu, kecuali kau. Takao
tidak ingin kau mengetahui penyakitnya. Dia sakit, tapi dia tetap memaksa
mengikuti tim basket. Aku kagum dengannya,” jelas Ootsubo. “Tunggu. Kau bilang
Takao tidak ingin aku mengetahui penyakitnya? Kenapa?!” tanya Midorima bingung.
“Takao tidak ingin kau mengasihaninya. Dia sangat ingin akrab denganmu, kau
tahu? Dia mengikuti tim basket karena dia ingin semakin akrab denganmu,” ujar
Ootsubo. Tiba-tiba, dokter yang merawat Takao keluar dari ruangannya. Ootsubo
dan Midorima serempak berdiri. “Dokter, bagaimana keadaan Takao?!” tanya
Midorima khawatir. “Waktunya hanya tinggal beberapa menit lagi. Dia ingin
bicara dengan kalian berdua. Cepatlah masuk,” jawab dokter itu sambil menunduk.
Ootsubo dan Midorima tidak menjawab, mereka langsung menghambur masuk,
menghampiri Takao yang terbaring lemah. Hawk Eye-nya menatap Midorima dan
Ootsubo yang menangis. “Jangan menangis, Shin-chan, Ootsubo-Senpai,” bisik
Takao. “Tapi sebentar lagi kau akan pergi meninggalkan kami, Nanodayo! Bagaimana
kami bisa tersenyum, hah?!” seru Midorima dengan mata berurai air mata. “A..ku....
Tidak i....uhuk.. Ingin.... Senpai.... dan.... Shin-chan... menangis....
Aku.... juga... sedih... harus meninggal....kan.... kali....kalian.....
Sam..pai...jum...pa,” sahut Takao lemah. Senyumannya tidak berubah. Masih
tersenyum hangat, Takao perlahan memejamkan matanya. Midorima dan Ootsubo
terpaku.
“TAKAOO!!!!!!”
~END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar