Jumat, 05 Desember 2014

Takao

Takao!
Disclaimer: Kuroko no Basuke©:Fujimaki Tadatoshi
Story: Me
Summary: Midorima selalu menganggap Takao berisik, menyebalkan, cerewet, dan sebagainya. Tapi, saat Midorima tahu Takao menderita kanker, apa yang akan dia lakukan?
Cast: Midorima, Takao, Ootsubo
Happy Reading!

“Shin-chan! Ohayou!” sapa Takao. “Berisik, Nanodayo,” cibir Midorima tanpa melepasakan pandangannya dari buku Kimia yang sedang dibacanya. “Nee, Shin-chan, jangan dingin begitu, dong! Jahat, ah!” rajuk Takao, sama sekali tak berpengaruh terhadap cibiran Midorima. Midorima hanya berdecih pelan. “Shin-chan jahaat~” goda Takao. “Berisik, Bakao!” seru Midorima sambil menjitak kepala Takao. “Hehehe~ Aku selalu berhasil!” kata Takao. “Berhasil apa, Nanodayo?” tanya Midorima bingung. “Berhasil membuatmu marah, week!!” sahut Takao sambil menjulurkan lidah. “BAKAO!!!”
Saat latihan...
“Eh? Takao, kenapa kau tidak ikut latihan, Nanodayo?” tanya Midorima heran melihat Takao yang hanya duduk di pinggir lapangan. “Aku sedang keseleo. Kakiku sakit. Jadi, hari ini aku akan melihat kalian berlatih, hehe,” jawab Takao sambil tersenyum lebar. “Hah~ Terserah kau, lah, Nanodayo,” sahut Midorima sambil mengibaskan tangannya, lalu berlari meninggalkan Takao yang raut wajahnya langsung berubah muram. “Kau tidak boleh tahu yang sebenarnya, Shin-chan,” bisik Takao pelan.
“3 poin sebanyak 3 kali! Seperti biasa, kau hebat, Midorima!” seru Ootsubo. “Seperti biasa, Nanodayo,” sahut Midorima santai. Dari kejauhan, dia melihat Takao yang mengacungkan dua jempol kepadanya sambil tersenyum. “Saa, latihan selesai! Terima kasih kerja samanya!” seru seluruh klub basket Shutoku. Midorima berlari menghampiri Takao yang menunggunya. “Shin-chan sangat jago mencetak 3 poin! Aku ingin menjadi  three-point-shooter seperti Shin-chan! Aku sangat kagum padamu, Shin-chan!” kata Takao panjang lebar. Sementara Midorima hanya mendengarkannya tanpa minat. Menyadari Midorima tampak tak berminat, Takao langsung berhenti bicara. “Kok berhenti, Nanodayo?” tanya Midorima tiba-tiba. “Berhenti apa?” tanya Takao balik. “Ya... Berhenti berceloteh. Kenapa berhenti bicara, Nanodayo?” tanya Midorima. “Aku capek,” jawab Takao pendek. “Bohong, Takao Kazunari kalau sudah bicara bisa sangat lama, sampai satu jam, kok!” bantah Midorima. “Jadi... Shin-chan kesepian kalau aku tidak bicara?” goda Takao. “Bukan itu maksudku, Nanodayo!” sahut Midorima dengan wajah merah. Sifat tsundere-nya keluar. “Hahaha~ Shin-chan memang tsunde—”
Kata-kata Takao terpotong. Midorima terperanjat. Mata Takao membelalak, tangannya meremas dadanya. Sakit. “Shin..chan...Ukh..,” panggil Takao, sebelum akhirnya anak itu ambruk. Beruntung, Midorima langsung menahannya. “Takao! Sadarlah, Nanodayo! Takao! Takao!! Seseorang tolong! HEI!!!” teriak Midorima sambil menepuk pipi Takao. Celakanya lagi, tiba-tiba hujan deras muncul. Tubuh mereka basah kuyup. “HEI!!! SIAPAPUN, TOLONG!!!!!” teriak Midorima lagi. Orang-orang berlarian menolong Takao, lalu membawanya ke rumah sakit. Midorima menatap tubuh Takao. Ada apa dengan anak itu? Saat dia sedang memikirkan hal itu, seseorang menepuk pundaknya. Midorima menoleh. Ootsubo. “Ootsubo-senpai... Takao...,” kata Midorima dengan mata berkaca-kaca. “Ikut aku. Kita susul Takao ke rumah sakit,” kata Ootsubo singkat. Suaranya bergetar ketika dia mengucapkan kata ‘Takao’ dan ‘rumah sakit’. Midorima mengangguk, lalu berjalan mengikuti Ootsubo yang menunduk.
Di rumah sakit...
“Kanker?!” gumam Midorima kaget. Ootsubo mengangguk pelan. “Seluruh tim basket Shutoku sudah tahu, kecuali kau. Takao tidak ingin kau mengetahui penyakitnya. Dia sakit, tapi dia tetap memaksa mengikuti tim basket. Aku kagum dengannya,” jelas Ootsubo. “Tunggu. Kau bilang Takao tidak ingin aku mengetahui penyakitnya? Kenapa?!” tanya Midorima bingung. “Takao tidak ingin kau mengasihaninya. Dia sangat ingin akrab denganmu, kau tahu? Dia mengikuti tim basket karena dia ingin semakin akrab denganmu,” ujar Ootsubo. Tiba-tiba, dokter yang merawat Takao keluar dari ruangannya. Ootsubo dan Midorima serempak berdiri. “Dokter, bagaimana keadaan Takao?!” tanya Midorima khawatir. “Waktunya hanya tinggal beberapa menit lagi. Dia ingin bicara dengan kalian berdua. Cepatlah masuk,” jawab dokter itu sambil menunduk. Ootsubo dan Midorima tidak menjawab, mereka langsung menghambur masuk, menghampiri Takao yang terbaring lemah. Hawk Eye-nya menatap Midorima dan Ootsubo yang menangis. “Jangan menangis, Shin-chan, Ootsubo-Senpai,” bisik Takao. “Tapi sebentar lagi kau akan pergi meninggalkan kami, Nanodayo! Bagaimana kami bisa tersenyum, hah?!” seru Midorima dengan mata berurai air mata. “A..ku.... Tidak i....uhuk.. Ingin.... Senpai.... dan.... Shin-chan... menangis.... Aku.... juga... sedih... harus meninggal....kan.... kali....kalian..... Sam..pai...jum...pa,” sahut Takao lemah. Senyumannya tidak berubah. Masih tersenyum hangat, Takao perlahan memejamkan matanya. Midorima dan Ootsubo terpaku.
“TAKAOO!!!!!!”

~END~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar